Jumat, 08 Januari 2016

RINGKASANNYA :


ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

  •           ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

          “ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ilmu” dan “pengetahuan”, yang masing-masing mempunyai identitas sendiri-sendiri. Oleh J.P. Farrier, dalam institutes of metaphisics (1854), pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut “epistemologi” (episteme = pengetahuan, logos = pembicaraan/ilmu). Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdependensi, dan ramifikasi (percabangannya). Oleh sebab itu tulisan ini hanyalah bersifat penjajagan  pronlema, kalau mungkin sampai mencari interelasi, interaksi, interdependensi, dan ramifikasi unsure sistem dan subsistem.

1.      ILMU PENGETAHUAN
Di kalangan ilmuan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif. Menurut decartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi; oleh bacon dan david home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin; menurut imanuel kant pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan teori phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan. Sikap bersifat  ilmiah itu meliputi empat hal :
a.       Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b.      Selektif
c.       Kepecayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
d.      Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
2.      TEKNOLOGI
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubugan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
            Fenomena teknik pada masyrakat kini, menurut satrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Rasionalitas.
b.      Artifisialitas.
c.       Otomatisme.
d.      Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
e.       Monisme.
f.       Universalisme.
g.       Otonomi.
Masyarakat, menurut transisence, dibagi ke dakam dua kelompok : (1) high transience dan (2) low transience. Eksplorasinya mengenai kehidupan masyarakat high transience mengasilkan ringkasan sebagai berikut :
a.       Benda,
b.      Tempat,
c.       Manusia,
d.      Organisasi, dan
e.       Ide.
3.      ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga  tubuh pengetahuan yang di susun yaitu: ontologism, epistemologis dan aksiologis. Epistemologis seperti diuraikan di muka, hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
Komponen ontologism kegiatannya adalah menafsirkan hikayat realitas  yang ada, sebagaimana adanya (das sein).
Komponen epistemologis berjaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi.
Komponen aksiologis artinyalebih kengket dengan nilai atau moral, di mana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia.
4.       KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan  bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
      Kemiskinan menurut orang di lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam tiga unsur: (1) kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang, (2) kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, dan (3) kemiskinan buatann, yang relavan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhdap manusia pula yang disebut dengan kemiskinan structural.
      Kalau kita menganut teori fungsionalis dari stratifikasi (tokoh davis), maka kemiskinan pun memiliki sejumlah funsi yaitu :
1)      Fungsi ekonomi,
2)      Fungsi sosial,
3)      Fungsi cultural, dan
4)      Fungsi politik.
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut, tetapi, karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.


 


RINGKASANNYA : 
MASYARAKAT PEDESAAN
DAN MASYARKAT PERKOTAAN
1.      MASYARAKAT PERKOTAAN, ASPEK-ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
A.     PENGERTIAN MASYARAKAT
Definisi adalah uraian ringkas untuk memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau dari pada analisi.
Mengenai arti masyarakat, baiklah di sini kita kemukakan beberapa definisi mengenai masyrakat dari para sarjana, seperti misalkan :
1.      R. lington
2.      M.j. Herskovits
3.      J.l. gillin dan j.p. gillin
4.      S.r. steinmetz
5.      Hasan shaidily
B.      MASYARAKAT PERKOTAAN
Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.
Hal ini di sebabkan oleh karena pandangan warga kota sekitarnya.
Ada beberapa cirri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu :
1.      Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2.      Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang lain.
3.      Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4.      Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
5.      Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
6.      Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota.
7.      Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
C.      PERBEDAAN DESA DAN KOTA
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota.
Ciri-ciri terserbut antara lain :
1.      Jumlah dan kepadatan penduduk.
2.      Lingkungan hidup.
3.      Mata pencaharian.
4.      Corak kehidupan social.
5.      Stratifikasi social.
6.      Mobilitas social.
7.      Pola interaksi social.
8.      Solidaritas social.
9.      Kedudukan dalam interaksi sitem administrasi nasional.
2.      HUBUNGAN DESA DAN KOTA
Masyarkat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karna di antara mereka saling membutuhkan. Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidal terwujud karena adanya beberapa pembatas. Mereka ini merupakan kelompok pengangguran, baik sebagai pengangguran penuh maupun setengah pengangguran.
3.      ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
Untuk menunjang aktivitas warganya serta untuk memberikan suasana aman, tenteram dan nyaman pada warganya, kota dihadapkan pada keharusan menyediakan berbagai fasilitas kehidupan dan keharusan untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat aktivitas warganya. Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan social, ekonomi, kebudayaan dan polotik. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
a.      Wisma
b.      Karya
c.       Marga
d.      Suka
e.      Penyempurnaan
4.      MASYARAKAT DESA/PEDESAAN
A.     PENGERTIAN DESA/PEDESAAN
·         Desa menurut sutadjo kartohadikusuma adalah suatu kesatuan hokum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
·         Menurut bintaro adalah perwujudan arau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik, cultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
·         Sedangkan menurut paul H. ladis adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.

Dengan cirri-cirinya sebagai berikut :
a.      Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b.      Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
c.       Cara berusaha (ekonomi)
B.      HAKIKAT DAN SIFAT MASYARAKAT PEDESAAN
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber masnyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian yang bersifat agraris. Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan piker tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan.
      Dalam hal ini kita jumpai gejala-gejala social yang sering diistilahkan dengan :
a.      Konflik (pertengkaran)
b.      Kontraversi (pertentangan)
c.       Kompetisi (persiapan)
d.      Kegiatan pada masyrakat pedesaan
C.      SISTEM NILAI BUDAYA PETANI INDONESIA
Para ahli disinyalir bahwa di kalangan petani pedesaan ada suatu cara berfikir dan mentalitas yang hidup dan bersifat religio-magis.
      Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut :
a.      Para petani di Indonesia terutama di jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan.
b.      Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukannya.
c.       Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan.
d.      Mereka beranggapan alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang kembali.
e.      Dan untuk menghadaoi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung kepada sesamanya.
D.     UNSUR-UNSUR DESA
Daerah, dalam arti tanah-tanah ang produktif dan yang tidak, berserta penggunaannya, termasuk juga unsure lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
      Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
      Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
E.      FUNGSI DESA
Menurut sutopo yuwono : “salah satu peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi. Oleh karena itu, peranan masyarakat pedesaan dalam mencapai sasaran swasembada pangan adalah penting sekali, bahkan bersifat vital.
      Ciri-ciri masyrakat pedesaan di Indonesia pada umumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Homogenitas social
2.      Hubungan primer
3.      Control social yang ketat
4.      Gotong royong
5.      Ikatan social
6.      Magis religious
7.      Pola kehidupan
5.      URBANISASI DAN URBANISME
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.
            Menurut koentjaraningrat, suatu masyarakat desa menjadi suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan atas dua macam prinsip :
a.      Prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)
b.      Prinsip hubungan dekat/territorial
Prinsip ini tidak lengkap apabila yang mengikat adanya aktivitas tidak diikutsertakan, yaitu :
a.      Tujuan khusus yang temukan oleh faktor ekologis,
b.      Prinsip yang dating dari “atas” oleh aturan dan undang-undang
6.      PERBEDAAAN MASYARAKAT PEDESAAN DENGAN MASNYARAKAT PERKOTAAN
Perbedaan-perbedaan ini berasal dari adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkungan, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Oleh karna itu, mempelajari suatu masyarakat berarti dapat berbicara soal struktur sosial. Untuk menjelaskan perbedaan atau ciri-ciri dari kedua masyarakat tersebut, dapat ditelusuri  dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenitas, diferensiasi sosial, pelapisan sosial, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem nilainya.


           
 


READING COMPREHENSION

Causes of Floods Floods are second only to fire as the most common of all natural disasters. They occur almost everywhere in the world...